stisipol
Sabtu, 23 September 2023
Selasa, 01 Desember 2015
MAKALA
PENELITIAN KECEMASAN DALAM BERKOMUNIKASI
Di Buat Oleh :
Adhy Rizky Pratama
01.14.095
Dosen : Sumarni Bayu Anita
S.Sos M.A
Ilmu Komunikasi
Stisipol Candra Dimuka Palembang
KECEMASAN
DALAM BERKOMUNIKASI
Bab1. Pendahuluan
I.
Latar
Belakkang
Sudah
sejak lama para ahli meneliti apakah kemampuan berkomunikasi dan tingkah laku
seseorang juga dipengaruhi oleh aspek biologis. Dengan kata lain apakah sifat
itu ditentukan atau oleh faktor genetik,
Bicara
soal Kecemasan, kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang
merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stress yang dirasakan oleh
banyak orang. Hal itu terjadi di berbagai dunia kerja seperti karyawan, buruh,
pegawai bahkan di dunia pendidikan. Kadang-kadang kecemasan juga disebut dengan
ketakutan atau perasaan gugup dan merupakan bagian dari kondisi manusia yang
dianggap mengancam keberadaan individu Setiap orang pasti pernah mengalami
kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Hal
tersebut mungkin saja terjadi karena individu merasa tidak memiliki kemampuan
untuk menghadapi hal yang mungkin menimpanya dikemudian hari. Kecemasan dapat
juga diartikan sebagai suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental
yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah
atau adanya rasa aman. menurut McCroskey sifat adalah kecenderungan dari
tempramen yang berasal dari struktur syaraf biologis yang ditentukan secara
genetik, atau dalam bahasa yang lebih sederhana sifat di tentukan oleh
aktifitas yang terjadi pada otak manusia. Setalah melakukan penelitian
bertahun-tahun McCroskey tiba pada kesimpulan bahwa penyebab orang mengalami
kecemasan yang serius dalam berkomunikasi adalah karena factor biologis.
II.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pada pemikiran di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan bahwa sifat
dan keturunan biasa menjadi factor utama kecemasaan seseorang dalam
berkomunikasi
III.
Tujuan
Agar
mahasiswa bisa meredam kecemasannya dalam berapresiasi saat berkomunikasi dengan
cara keterampilannya berkomunikasi
Bab2. Teori
Sifat Dan Keturunan
Suatu
sifat atau traits adalah karakteristik individu yang dapat dibedakan
dengan individu lainnya. Sifat menunjukan pola atau cara yang ralatif tidak
banyak dirubah (konsisten) mengenai bagaimana seseorang berpikir, merasakan dan
bertingkah laku dalam berbagai situasi yang dihahapinya. Sifat sering digunakan
untuk memprediksi tingkah laku. Dalam hal ini tingkah laku seseorang ditentukan
oleh kombinasi antara sifat yang dimilikinya dengan faktor situasional yang ada
pada saat itu. Bagaimana cara seseorang berkomunikasi pada saat tertentu
tergantung pada sifat yang dimilikinya sebagai individu serta situasi yang
tengah dihadapinya.Berbagai kategori sifat komunikator telah lama dipelajari
dalam riset komunikasi namun demikian terdapat tiga kategori sifat komunikator
yang paling manarikdan paling sering dibahas dalam literatur komunikasi, yaitu
: a) sifat mementingkan diri sendiri ; b) sifat berdat; dan c) sifat cemas.
a) sifat mementingkan diri
sendiri
Dalam literature psikologi
terdapat istilah conversational narcissism untuk menggambarkan sifat
komunikator yang cenderung mementingkan diri sendiri. Narcissism berarti
mencintai diri sendiri (self-love). Istilah ini dokemukakan oleh Anita
Vengelistis. Dengan demikian, komunikator dengan sifat ini cenderung untuk
mengajak lawan bicaranya untuk membahas mengenai dirinya sendiri. Sifat yang
mementingkan diri sendiri merupakan sifat yang dimiliki seseorang yang
menginginkan orang lain membicarakan dirinya. Komunikator dengan sifat ini
cenderung untuk menonjolkan dirinya sebagai pihak yang paling penting. Ia
cenderung untuk mengontrol arah percakapan serta menginginkan orang lain
membahas mengenia dirinya. Mereka juga cenderung tidak sensitive terhadap
kepentingan pihak lain.
b)
sifat
berdat
Komunikator memiliki sifat
berdebat (argumentativeness) jika ia memiliki kecenderungan
untuk suka melibatkan diri dalam percakapan yang membahas topic
controversial. Komunikator dengan sifat ini cenderung bersifat tegas dalam
mengemukakan pandangan terhadap suatuhal. Komunikator yang argumentative ini
memberikan kontribusi positif karena sifat ini dapat mendorong komunikator dan
lawan bicaranya untuk saling belajar.
c) sifat cemas
Kecemasan berkomunikasi merupakan
kecenderungan untuk mengalami kecemasan dalam waktu yang relatif lama dan dalam
berbagai situasi yang berbeda. Dalam hal ini menyebabkan orang bersangkutan
tidak dapat bersosialisasi dalam masyarakat
Salah satu peneliti yang mendukung pendapat ini adalah
James McCroskey dan rekan yang mengemukakan pandangan bahwa sifat dipengaruhi
faktor genetic. Menurut dia, “traits are predispositions of temperament
rooted in genetically determined neurobiological structures” (sifat adalah
kecenderungan dari temperamen yang berasal dari struktur saraf biologis yang
ditentukan secara genetic), atau dalam bahasa yang di lebih sederhana sifat di
tentukan oleh aktivitas yang terjadi pada otak manusia.
Bab.3 Pembahasan
Penerapan Teori
Berdasarkan pada teori di atas, maka
masalah penelitian ini dapat dapat di teliti melalui sifat dan keturunan
kecemasaan seseorang mahasiswa dalam berkomunikasi
Menurut Mc. Croskey manusia memiliki
banyak sifat, namun jumlah sifat it dapatdisedarhanakan menjadi hanya 3 sifat:
·
Ekstraversi
atau sifat untuk cendrung melihat keluar atau out-ward focus
·
Neourotisisme
atau sifat cemas
·
Psikotosisme,
atau kekurangan control terhadap diri sendiri
Contoh
kasus
(penelitianRirin1, Jurusan,
Fakultas Ilmu Pendidikan Universi
tas Negeri Padang) :
Kecemasan
Berbicara di Depan Umum Berdasarkan hasil analisis data,
menunjukkan
pada umumnya kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Jurusan Bimbingan
dan Konseling angkatan 2011 berada pada kategori tinggi, yaitu sekitar 42,65%
dari keseluruhan responden dalam penelitian ini. Mahasiswa yang teridentifikasi
mengalami kecemasan pada kategori tinggi diasumsikan karena adanya tekanan
sebagai suatu respon terhadap situasi berbicara di depan umum yang penuh dengan
dinamika. Natalie Rogers (2004:20) menyatakan bahwa, “Gejala kecemasan
berbicara di depan umum pada dasarnya diamati pada manifestasi gejala fisik,
gejala proses mental, dan gejala emosi yang tidak terkendali”.
Ketidakmampuan
mengendalikan kondisi tersebut membuat mahasiswa akan semakin terlihat kondisi
kecemasan yang dihadapinya. Jika tidak dilakukan penanganan segera, maka
kemungkinan besar kecemasan mahasiswa akan berubah menjadi masalah serius,
bahkan bisa jadi dapat mengalami stress dikemudian hari.
Pikiran
yang tegang membuat mahasiswa tidak konsentrasi ketika berbicara di
depan
banyak orang, mengalami kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan
ketika tiba gilirannya untuk berbicara.
Perasaan
mahasiswa yang merasa dirinya terancam dan mempersepsikan kegiatan berbicara di
depan umum sebagai masalah besar membuat
mahasiswa
khawatir, gelisah dan takut sehingga dalam situasi tersebut mahasiswa akan
mengalami rasa cemas menghadapi berbicara di depan umum.
Kondisi
sangat cemas membuat mahasiswa tidak bisa mengendalikan perilaku
motoriknya,
sehingga muncul reaksi gemetar, gugup, saat berada dalam situasi berbicara di
depan banyak orang. Tidak terkendalinya manifestasi gejala fisik, proses
mental, dan gejala emosi tersebutlah yang membuat mahasiswa mengalami kecemasan
tingkat tinggi ketika berbicara di depan umum.
Perasaan-perasaan
yang tidak terkendali tersebut menunjukkan mahasiswa berada dalam kondisi yang
cemas.
Mahasiswa
memandang bahwa berbicara di depan umum yang dilakukannya dianggap sebagai
ancaman dan tantangan yang sangat sulit untuk dihadapi. Intensitas perasaan ini
dapat ringan atau cukup
berat
sampai menyebabkan kepanikan, dan intensitas dapat meningkat atau menghilang
tergantung pada kemampuan daya dorong individu dan sumber-sumber yang
menyebabkan kecemasannya pada waktu tertentu.
Sisi
lain dari kecemasan adalah suatu emosi normal yang diperlukan untuk memotivasi
diri. Artinya, mahasiswa juga perlu merasa cemas sebagai daya dorong untuk
memotivasi diri salah satunya dalam kegiatan berbicara di
depan
umum. Namun kecemasan yang tinggi sudah tentu dapat mengganggu mahasiswa.
Kondisi tersebut akan terus berkembang dan tentunya akan menimbulkan masalah
lain yang lebih kompleks. Dengan demikian, kecemasan berbicara di depan umum
yang tinggi tentunya menghambat tujuan belajar yang ingin dicapai oleh
mahasiswa.
Sesuai kesimpulan penelitian McCroskey bahwa
penyebab orang mengalami kecemasan serius dalam berkomunikasi adalah karena
factor biologis. Dengan kata lain tingginya tingkat kecemasan kecemasan
berkomunikasi ini disebabkan factor keturunan. Karena rangsangan dari
lingkungan yang di anggap negatif diproses pada bagian otak yang di sebut
dengan system pencegahan tingkah laku (behavioral inhibition system(BIS)) jika
BIS menerima rangsangan negative, misalnya ancaman maka orang tersebut akan
memberikan perhatian terhadap rangsangan tersebut. Tingkat aktivitas dan
sensitivitas BIS ini tidak sama untuk semua orang. Mereka yang memiliki BIS
yang over aktif akan lebih muda merasa cemas atau takut dibandingkan individu dengan
BIS tidak atau kurang aktif. Namun selain BIS, orang memiliki bagian otak yang
sifatnya berlawanan dengan BIS yaitu disebut dengan system aktivitasi tingkah
laku atau behavioral activation system (BAS) yang mendorong orang untuk berbuat
sesuatu yang disebabkan adanya penghargaan atau kompensasi yang akan diterima.
Perlu dilakukan upaya peningkatan dan pengembangan sehingga mahasiswa memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa untuk melakukan komunikasi yang efektif. Karena bahwa seorang
mahasiswa yang memiliki keterampilan komunikasi yang baik akan terlihat lebih
mampu berada dalam situasi berinteraksi di depan orang banyak. Sehingga
mahasiswa yang memiliki keterampilan komunikasi yang
tinggi
cenderung tidak akan mengalami hambatan yang berarti dalam proses
berhubungan
dengan orang-orang yang ada disekitarnya, baik di lingkungan kampus maupun di
lingkungan masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena komunikasi merupakan salah
satu komponen yang dapat memupuk hubungan
seseorang
dengan yang lainnya, karena pesan dalam komunikasi dapat memberika kesenangan
dan kenyamanan pada diri seseorang.
Bab4. Penutup
Kesimpulan
Kehidupan
Manusia Ditandai oleh dinamika komunikasi. Seluruh umat manusia di dunia benar-benar
menyadari bahwa semua kebutuhan hidupnya hanya dapat dipenuhi jika dia
berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu Berdasarkan penelitian ini
disarankan agar mahasiswa untuk
meningkatkan
keterampilan komunikasi sehingga kecemasan berbicara di depan umum yang berada
pada kategori tinggi dapat berkurangArtinya semakin tinggi keterampilan
komunikasi mahasiswa maka semakin rendah kecemasannya berbicara di depan umum.
Sebaliknya semakin rendah keterampilan komunikasi mahasiswa maka semakin tinggi
kecemasannya berbicara di depan umum.
Dafatar
Pustaka
Langganan:
Postingan (Atom)